Cinta yang Tak Terpahami

Anggap saja dia adalah Cheeza, karena aku sangat menyukai nama ini. Nama yang sangat manis, yang meski sangat ironis dengan kepribadiannya namun tak ada yang dapat dengan layak menggunakan nama ini selain dia. Setidaknya, ini berlaku sampai hari ini, saat aku menulis semua kisah tentang dia dalam luka.
Anggap saja, aku yang bodoh. Aku, April Skolastika sangat rela dikatakan bodoh untuk hal ini, karena aku tak punya alasan yang dapat membebaskanku dari tuduhan ‘makhluk bodoh’ ini. Karena hingga hari ini aku merasa bodoh, maka aku tak akan malu untuk menangis sambil menulis rentetan cerita pedih untuk setidaknya membebaskanku dari rasa sakit ini sehingga aku dapat tidur dengan nyaman malam ini.
Aku tak mengerti mengapa tiba-tiba waktu sangat lambat berlalu, aku menunggu dari tadi, namun dalam penantian yang sangat memilukan dan aku sadar banyak air mataku telah terbuang ini, ternyata ini baru tiga puluh menit berlalu sejak aku merasakan sakit yang sangat. Mengapa sangat lambat? Apakah ingin menghukumku? Hey, aku sudah sangat menderita sejak bertemu dengan Cheeza, apakah masih ada yang ingin menghukumku dan menambah penderitaanku?

Yeah, malam ini aku merasa sangat menderita. Entahlah, jika ada yang mampu menembus bagian paling dalam dari tubuhku, mungkin akan melihat hatiku sedang hancur menjadi serpihan-serpihan yang tak berbentuk. Mengapa?? Hey, apakah kalian sangat bodoh, bahkan melebihi kebodohanku?? Bukankah sudah kukatakan? Itu karena Cheeza, dia yang selalu membuatku menderita selama bertahun-tahun ini.
Rasanya sangat susah dijabarkan. Aku hanya tahu satu hal, terasa sakit. Sangat menggelikan, bahkan hipotalamus dan pituitariku menolak untuk bekerja sama dengan kelenjar air mataku, sehingga aku menangis terus, tanpa henti, dan mungkin berhasil membuat kelenjar air mataku kering dan gersang.
Mengapa seperti ini?Masih ada yang bertanya??? Karena Cheeza. Dia meninggalkanku.
Hmm, bukan. Dia tidak meninggalkanku, tetapi aku yang merasa seperti itu, karena baginya, aku bukanlah apa-apa, dan melakukan ini padaku memang tak dapat disebut sebagai kesalahan. Aku yang merasa seperti itu. Aku yang merasa memilikinya, aku yang merasa bahwa apapun yang terjadi, dia hanyalah punyaku, dan akan kembali padaku. Sangat picik, bukan?? Aku, April Skolastika, mengakui kesalahan itu. Aku yang terlalu merasa memilikinya, dan saat dia pergi dengan cara seperti ini, aku yang merasa sangat sakit.
Dia adalah Cheeza. Yeah, orang yang memiliki andil besar dalam upaya penghancuran hatiku menjadi berkeping-keping. Jika dia ada di hadapanku, aku sangat ini meninju hidungnya dan membuatnya menjadi patah, biar dia juga merasakan sakit yang sama seperti yang sedang mendominasi sebagian tubuhku sekarang.
Dulu dia meninggalkanku. Suatu prestasi yang luar biasa yang selalu ia pamerkan kepada semua orang yang mungkin saja mengenal April Skolastika, bahwa dia -Cheeza- ­pernah meninggalkanku dan membuatku berantakan dan tak karuan. Itu gayanya, yang sangat menyebalkan jika dikenang kembali. Dan sejak saat dia meninggalkanku dan hanya menebusnya dengan kata maaf menyebalkan yang sama sekali terdengar tak tulus itu, aku berjanji pada diriku sendiri tak akan mempercayainya lagi. Dia yang menghancurkan rasa kepercayaan itu, dan aku sangat jelas tentang sensasi rasa sakit yang tersisa dari pengkhianatannya. Jika ada yang bertanya, maka aku akan menjawab ‘Yeah, aku sangat sakit hati saat dia melakukan itu.’ Itu tak dapat dipungkiri, dia memang orang yang membuatku merasakan sakit yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata, membuatku menangis dalam waktu yang lama, dan memiliki luka yang setiap saat jika disentuh sedikit saja akan berdarah.

Sejak saat dia berbohong dan dengan angkuhnya berkata ‘meninggalkanku’ dan ‘aku terluka karena dia’, aku mencoba dengan sangat keras untuk membencinya. Membencinya karena aku tak pernah berharap merasakan patah hati karenanya, dan membencinya karena aku tak boleh menyukai orang yang angkuh dan tak berperasaan seperti dia.
Dalam kehidupan ini, April Skolastika seharusnya hanya melihat satu orang lelaki saja. Dia adalah orang yang dianggap cinta pertama dan terakhirku. Aku berharap, yang dapat membuatku patah hati adalah karena cowok itu, yang dapat membuatku menangis berkali-kali adalah dia, dan bukan Cheeza. Iya, bukan Cheeza!!! Tetapi mengapa Cheeza yang melakukannya??
Jika paham, pasti semua orang dapat menebak dengan benar. Iyah, betul... Aku bohong pada semuanya. Yang aku sukai adalah Cheeza, dan aku rela memaki diriku sendiri karena memilih jalan ini. Hey, jika dapat diubah, aku juga tak akan menyukainya. Namun meski dia selalu menyakitiku, aku selalu menyukainya. Meski i tak pernah tahu, aku terus saja seperti ini menyukainya. Aku menyukainya dengan sangat dalam. Aku sangat benci mengakui ini, namun ketika tak diakui, rasanya jauh lebih tak enak... Aku pantas mati karena menyukainya! Orang bodoh dan tidak berperasaan!! Oh, Tuhan, aku sangat membencinya!!!
Dia pernah bilang padaku di suatu masa yang rumit bahwa dia  menyukaiku. Ada yang dapat percaya?? Memang rasanya sangat menyenangkan, namun untuk mempercayainya itu adalah sangat sulit. Aku butuh banyak waktu untuk memastikannya. Memastikan apakah dia benar, atau malah ingin melukaiku untu keberapa kalinya. Hanya ingin memastikannya, karena dia selalu tak peduli. Hanya ingin memastikannya, seberapa lama dia bertahan?? Apakah nyaris empat tahun seperti yng aku lakukan??
Dan akhirnya dia pergi. Memilih yang lebih baik, dan meninggalkaku denga rasa sakit yang sama seperti yang kurasakan dulu. Dia bohong kan? Aku tak salah karena tidak mempercayainya. Jika aku mempercayainya, aku pasti sudah dibuangnya lagi karena merasa aku sangat menyebalkan dan bawel. Aku tahu aku begitu tak cocok untuknya, dan dia bahkan sangat jauuuuuuh untuk aku gapai. Yeah, aku bahkan merasa dia tinggal di galaksi yang berbeda, bukan di bima sakti. Apa mungkin Cheeza itu dari galaksi Andromeda?? Sehingga ingin menggapainya rasanya sangat sulit, suliit sekali. Aku pikir akan membutuhkan banyak tahun cahaya untuk sampai padanya.

Hey, lalu di mana letak kesalahanku? Aku hanya melindungi perasaan dan harga diriku. Aku tak mungkin bilang padanya bahwa aku sangat menyukainya meski aku sangat ingin mengatakannya. Aku tak akan tahan jika mendengar dia menertawai perasaan bodoh ini yang harusnya sudah lenyap saat dia meninggalkanku untuk pertama kalinya. Jika kau –Cheeza- benar-benar ingin tahu, yeah aku bahkan menangis saat aku sangat ingin bilang padamu bahwa aku menyukaimu, namun kata-kata itu malah berubah menjadi ‘Lebih baik kau pergi dariku’.
Aku memang sangat menderita sejak pertama kali mengenalmu, dan berpacaran denganmu, lalu dengan sukses kau membuangku. Aku berterima kasih karena kau sungguh-sungguh meninggalkanku seperti sampah. Aku hanya berdoa jika kehidupan ini berakhir, kelak tak akan bertemu denganmu di kehidupan yang lain.
Semoga bahagia, Cheeza-ku sayang!!!